Jelangkung, permainan mistis memanggil arwah

Jelangkung tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Permainan mistis itu kerap dimainkan masyarakat sejak dulu kala, dan dipercaya dapat memanggil arwah ke dalam boneka kayu.

Dua sutradara kawakan Indonesia, Rizal Mantovani dan Jose Poernomo, bahkan pernah mengangkatnya menjadi sebuah film horor pada tahun 2001 silam. Konon kabarnya, permainan ini sangat digemari orang zaman dulu karena sarat akan kekuatan gaib.

Jelangkung biasanya dimainkan secara beramai-ramai pada malam hari. Boneka orang-orangan dari kayu merupakan media untuk menampung arwah yang dipanggil oleh para peserta permainan. Selain itu, alat tulis yang direkatkan di tangan boneka kayu itu dan secarik kertas harus tersedia.

Lokasi untuk memainkan Jelangkung juga tak sembarangan. Tempat-tempat angker, seperti kuburan, kerap menjadi lokasi untuk memainkan permainan mistis ini.

Para peserta harus membaca mantra tertentu untuk memanggil arwah. Setelah sang arwah masuk ke dalam boneka kayu itu, ia biasanya akan memperkenalkan dirinya. Tapi jangan berharap sang arwah akan memperkenalkan diri dengan bersuara, karena ia hanya memperkenalkan diri dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya melalui tulisan.

Setelah itu, interaksi tanya jawab antara peserta dengan sang arwah pun terjadi. Pertanyaan yang diajukan biasanya sangat beraneka ragam, antara lain nama sang arwah, tahun kelahiran dan meninggal serta penyebab ia meninggal. Tak jarang para peserta permainan menanyakan soal peruntungannya di masa yang akan datang.

Namun begitu, bukan berarti permainan mistis itu tidak berbahaya. Sebab, bagi orang awam yang tidak mengerti alam gaib, permainan ini dipercaya dapat membahayakan.

Sebelum permainan berakhir, sang arwah biasanya melontarkan sejumlah permintaan kepada para peserta permainan, salah satunya adalah mengantarkannya pulang ke suatu tempat yang dikehendakinya. Jika tidak dipenuhi, sang arwah biasanya akan marah dan dapat menimbulkan masalah bagi peserta permainan.

Karena itu, jangan sekali-sekali mencoba permainan ini jika Anda tak mau berisiko.


Begu Ganjang, hantu panjang pencabut nyawa

Makhluk mistis satu ini hanya dikenal di daerah yang didiami etnis Batak Toba, terutama di Tapanuli Utara (Taput), Sumatera Utara. Namanya begu ganjang yang berarti hantu panjang.

Sebagian masyarakat Batak masih percaya adanya begu ganjang. Keberadaannya kerap menjadi kambing hitam jika ada fenomena yang dianggap aneh, seperti warga jatuh sakit atau meninggal secara mencurigakan.

Ritual yang digelar puluhan warga Desa Lobu Pining, Pahae Julu, Taput, Kamis (30/8), menjadi salah satu bukti bahwa begu ganjang masih merupakan momok menakutkan di kawasan itu. Mereka mendatangkan dukun dari dari Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, yang akan memimpin ritual untuk membersihkan desa mereka dari ilmu hitam, termasuk begu ganjang. Acara ini bahkan dihadiri anggota DPRD Taput, Jasa Sitompul, dan Kapolsek Pahae Julu Iptu SB Simamora.

Sebagian masyarakat awam yang mempercayai adanya begu ganjang mengisahkan sosoknya sebagai makhluk tinggi. Semakin dilihat semakin tinggi dan dapat mencekik orang yang melihatnya.

Ada yang menyebut begu ganjang sebagai sosok berambut panjang dan suka berdiam di pucuk-pucuk pohon yang tinggi. Namun, banyak pula yang percaya begu ganjang semacam ilmu santet.

Meski banyak yang percaya keberadaannya, merdeka.com belum berhasil menemukan satu orang pun yang benar-benar pernah melihat begu ganjang.

"Aku tak pernah melihat. Sejauh ini masih katanya, katanya," ujar R Situmeang, warga Lubuk Pakam.

Begu ganjang disebut-sebut sebagai roh yang dipelihara dan dikendalikan untuk tujuan pemiliknya. Namun, sang pemelihara harus memberikan tumbal.

Yang percaya menyatakan bahwa tujuan pemeliharaan begu ganjang semula untuk menjaga sawah dan harta dari pencuri. Belakangan, si empunya disebut menggunakan peliharaannya ini untuk membunuh orang lain. Pada bagian ini, begu ganjang lebih mirip santet.

Jika terjadi hal-hal yang dianggap aneh di satu desa, semisal beruntunnya warga meninggal atau sakit di satu wilayah, begu ganjang pun kerap menjadi 'tersangka'. Isu kemudian beredar dan provokasi pun terjadi.

Mereka yang dituduh sebagai pemelihara sang hantu pun menjadi korban. Berulang kali terjadi penghakiman kejam hanya didasarkan pada asumsi mayoritas warga.

Pada 15 Mei 2010, tiga warga Dusun Buntu Raja Desa Sitanggor, Kecamatan Muara, Tapanuli Utara, yaitu Gibson Simaremare, istrinya Riama br Rajaguguk (65), dan anaknya Lauren Simaremare (35), tewas dibakar hidup-hidup setelah dituding sebagai pemelihara begu ganjang. Sementara itu, Tiur br Nainggolan yang merupakan istri Lauren Simaremare, kritis ditikam. Polisi kemudian menetapkan 55 warga setempat sebagai tersangka dalam aksi penganiayaan ini.

Selain itu masih banyak kejadian lain akibat isu begu ganjang. Tertuduhnya dianiaya, diusir dari kampung, dan rumahnya dirusak atau dibakar.

Yang teranyar, Rabu (11/7), tiga warga Desa Aek Raja, Kecamatan Parmonangan, Taput, yaitu Fernando Manalu (53), Delima br Simanjuntak (50), dan Mikael Manalu (47) dianiaya karena diduga memelihara begu ganjang. Mereka dipukuli hingga babak belur. Rumahnya juga dirusak. Isu begu ganjang ini muncul setelah meninggalnya seorang warga dinilai janggal.

Meski aksi kekerasan masih sering terjadi karena isu mistis ini, namun keberadaan begu ganjang sendiri belum bisa dibuktikan.


Nang Nak, arwah istri setia menghantui Thailand

Setiap warga Thailand pasti mengenal legenda Mae Naak Phra Khanong. Cerita rakyat ini sangat mengerikan dan biasanya dikisahkan oleh ibu-ibu di malam hari supaya anak mereka tidak nakal.

Bila anak-anak tetap membandel, muncul ancaman yang bikin merinding bulu kuduk, yaitu arwah Nang Nak akan memakan otak mereka. Namun, siapa dan seperti apakah sosok hantu paling terkenal di Negeri Gajah Putih itu?

Berdasarkan situs bangkokguidebook.com, Nang Nak adalah nama seorang perempuan yang tinggal di wilayah Phra Khanong, sebuah desa di pinggir Ibu Kota Bangkok. Dia hidup ratusan tahun lampau pada masa kerajaan. Nak hidup bersama suami tampan bernama Nai Maak. Mereka awalnya hidup bahagia, bahkan perempuan itu mulai hamil.

Sayang, kehidupan damai dua petani itu runyam gara-gara Maak ikut serta berperang melawan kerajaan tetangga. Nak tinggal sendirian selama beberapa bulan.

Nyaris dua tahun, Maak akhirnya kembali dari medan tempur. Dia merasakan keanehan, karena penduduk desa seakan tidak mengenalnya. Nak menyambut dia dengan seorang bayi perempuan. Kehidupan normal sepasang kekasih itu seakan kembali.

Rupanya semua itu hanya ilusi arwah penasaran. Nak meninggal saat melahirkan bersama dengan bayinya. Karena cintanya pada Maak, dia menjadi setan gentayangan dan menipu sang suami agar merasa semua baik-baik saja.

Salah satu tetangga mengetahui itu dan mencoba memberi tahu Maak, tapi langsung dibunuh oleh hantu Nak. Pembunuhan berantai pun terus terjadi, terutama menimpa mereka yang ingin mengungkap identitas asli Nak selaku arwah gentayangan.

Maak lama-lama menyadari istrinya hantu. Dia pun melihat kondisi rumahnya yang tampak rapi dan indah sebetulnya porak poranda dan tidak terawat.

Dibantu seorang biksu saleh, arwah Nak yang posesif pada sang suami akhirnya ditaklukkan. Arwah gentayangan itu diubah menjadi sebuah bros yang konon sampai sekarang disimpan keluarga kerajaan di Thailand.

Meski hanya sebuah legenda, rakyat Thailand percaya dengan kekuatan hantu Nak. Bahkan di Distrik Wat Mahabut, Bangkok, ada sebuah kuil khusus untuk memuja setan perempuan ini. Bila dibandingkan dengan demit Indonesia, bisa dibilang Nang Nak serupa Nyi Blorong atau Nyai Roro Kidul.

Kisah seram sekaligus tragis Nak makin terkenal karena diadaptasi dalam banyak kesenian. Mulai dari tarian, novel, film, termasuk serial televisi yang pernah tayang di Indonesia.


Babi ngepet, cara manusia agar cepat kaya

Fenomena babi ngepet di Indonesia bukanlah cerita baru di masyarakat. Banyak yang meyakini jika babi ngepet merupakan manusia yang sedang mencari kekayaan. Cara pesugihan seperti ini biasanya dilakukan pada malam hari.

Dalam sejumlah cerita atau tayangan-tayangan televisi sering digambarkan manusia berubah menjadi babi lalu menyasar rumah-rumah warga yang ditenggarai memiliki banyak uang.

Saat babi ngepet beraksi, seseorang, biasanya istri dari babi ngepet, bertugas menjaga lilin. Api lilin itu akan bergoyang jika sang babi ngepet dalam kondisi bahaya, sang penjaga lilin pun harus segera meniupnya agar selamat.

Saat akan beraksi biasanya orang itu mengenakan jubah hitam untuk menutupi tubuhnya, lalu secara ajaib dengan sendirinya berubah menjadi babi. Babi ngepet biasanya mengambil uang dengan cara menggesek-gesekkan tubuhnya di diding rumah atau di pintu lemari sang korban.

Pesugihan seperti ini di Jawa Timur, biasa disebut 'celeng kresek'. Konon untuk dapat memperoleh ilmu ini tidak lah semudah membalikan telapak tangan.

Salah satu syarat yang harus dilakoni misalnya dengan berpuasa. Sesajinya berupa kembang telon, minyak wangi dan secawan darah ayam cemani.

Risiko pesugihan seperti ini tentu berat. Ada yang menyebut untuk melancarkan keinginan agar cepat kaya, anggota keluarga dijadikan tumbal. Bisa juga si orang itu menjadi tumbal karena tak mampu menyediakan sesajen.

Pernah juga dikabarkan ada babi jadi-jadian yang berhasil ditangkap. Jika warga main hakim sendiri, si pemilik juga otomatis akan babak belur. Bahkan jika emosi warga sudah tak bisa diredam nyawa taruhannya.

Tentu jalan pintas seperti ini sangat bertentangan dengan ajaran agama. Hendaknya manusia yang memiliki cita-cita ingin kaya raya harus bekerja keras untuk mencapainya. Di dunia bergelimang harta, namun di akhirat siap-siap saja menebus dosanya.


Warga Lenteng Agung juga dihantui keranda mayat terbang

Selain tuyul yang membuat resah warga Jl Joko, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Konon, warga juga pernah dihantui keranda mayat terbang di lingkungan mereka tinggal.

Namun cerita tersebut sudah berlalu begitu lama dan hilang dengan sendirinya.

"Selain tuyul, dulu juga pernah di sini ada keranda mayat terbang. Mungkin karena dulu masih kebon kayanya," kata warga sekitar Jl Joko, Maesaroh kepada merdeka.com, Selasa (7/8).

Maesaroh mengatakan bahwa kejadian keranda mayat terbang yang menghantui warga sekitar sudah lama terjadi. Bahkan dia juga membenarkan bahwa isu tuyul memang sudah menghantui warga sejak lima bulan terakhir.

Kabar adanya tuyul ramai menjadi perbincangan, karena salah seorang warga yang menjadi korban membuat perbincangan di sebuah warung sayur. Dan hingga saat ini, mahluk tanpa rambut tersebut ramai menjadi gunjingan warga.

"Ya sampai saat ini masih, cuma udah nggak heboh-heboh banget," paparnya.

Sejak Sabtu malam (4/8) lalu, warga Jalan Joko, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan dibuat heboh dengan penampakan tuyul. Warga mengaku masih melihat tuyul itu pada Selasa dini hari tadi.

Desy Eka, warga Jalan Joko VI RT 14/ RW 4, Lenteng Agung, menceritakan awal mula kehebohan sosok tuyul di kampungnya sejak Sabtu malam lalu.

"Saya kebetulan punya warung kelontong di depan rumah. Warung itu bukanya 24 jam. Nah saat larut malam, penjaga di warung saya ngeliat wujud seperti tuyul," cerita Eka.

Dari pengamatan penjaga warung milik Desy, makhluk halus berbadan kecil, kepala plontos, tidak mengenakan baju dan hanya memakai celana dalam. Tuyul itu biasa menampakkan dirinya sekitar pukul 01.00 sampai 03.00 WIB.

"Dia lari-lari di depan warung saya sambil ke arah jalan tanjakan yang ada di sebelah rumah saya. Setelah dari atas dia kembali turun ke bawah," tuturnya.

Penjaga rumah Desy yakin kalau itu tuyul. Sebab, lingkungan di sekitar rumah itu biasanya sudah sepi saat tengah malam.

"Warga yang lain belum ada yang tahu banyak, baru keluarga saya dan beberapa tetangga lainnya," ujarnya.

Desy menambahkan, setiap si tuyul itu melintas tidak pernah melirik ke arah warungnya. Meski sudah tiga kali warungnya dilewati tuyul, Desy mengaku uang milik keluarganya belum ada yang hilang.

"Beberapa bulan lalu penampakan tuyul juga pernah buat heboh kampung kita tapi udah hilang. Eh, sekarang muncul lagi," beber wanita yang masih duduk di bangku kuliah ini.

Warga Lenteng Agung digegerkan penampakan tuyul

Sejak Sabtu malam (4/8) lalu, warga Jalan Joko, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan dibuat heboh dengan penampakan tuyul. Warga mengaku masih melihat tuyul itu pada Selasa dini hari tadi.

Desy Eka, warga Jalan Joko VI RT 14/ RW 4, Lenteng Agung, menceritakan awal mula kehebohan sosok tuyul di kampungnya sejak Sabtu malam lalu.

"Saya kebetulan punya warung kelontong di depan rumah. Warung itu bukanya 24 jam. Nah saat larut malam, penjaga di warung saya ngeliat wujud seperti tuyul," cerita Eka kepada merdeka.com, Selasa (7/8).

Dari pengamatan penjaga warung milik Desy, makhluk halus berbadan kecil, kepala plontos, tidak mengenakan baju dan hanya memakai celana dalam. Tuyul itu biasa menampakkan dirinya sekitar pukul 01.00 sampai 03.00 WIB.

"Dia lari-lari di depan warung saya sambil ke arah jalan tanjakan yang ada di sebelah rumah saya. Setelah dari atas dia kembali turun ke bawah," tuturnya.

Penjaga rumah Desy yakin kalau itu tuyul. Sebab, lingkungan di sekitar rumah itu biasanya sudah sepi saat tengah malam.

"Warga yang lain belum ada yang tahu banyak, baru keluarga saya dan beberapa tetangga lainnya," ujarnya.

Desy menambahkan, setiap si tuyul itu melintas tidak pernah melirik ke arah warungnya. Meski sudah tiga kali warungnya dilewati tuyul, Desy mengaku uang milik keluarganya belum ada yang hilang.

"Beberapa bulan lalu penampakan tuyul juga pernah buat heboh kampung kita tapi udah hilang. Eh, sekarang muncul lagi," beber wanita yang masih duduk di bangku kuliah ini.

Meski demikian, menurut cerita orangtuanya, seorang warga yang tinggal di RT itu mengaku telah kehilangan uang. Beberapa celengan yang dia punya kini kosong melompong karena isinya raib dibawa si tuyul.

"Korbannya ada bapak-bapak di RT saya juga. Katanya uangnya di celengan hilang semua. Dan dugaan kuat si tuyul itu yang ambil," ungkapnya.

Meski buat warga cemas, warga belum berniat memburu tuyul itu. "Kita masih lihat dulu aja sampai beberapa hari ke depan," tandas Desy.

Ditemui langsung di lokasi, seorang ibu bernama Ani yang juga memiliki warung membenarkan bahwa aksi si tuyul telah menggegerkan tempat tinggal mereka. Tapi dia sendiri mengaku belum pernah melihat apalagi sampai kehilangan uang.

"Memang benar ada ada cerita begitu, tapi saya sendiri belum alami. Tapi kalau lagi di warung ibu-ibu pasti pada ngobrolin itu," cerita Ani saat ditemui dikediamannya.

Ani mengaku kejadian serupa juga pernah heboh pada bulan lalu. Sepengetahuannya, saat itu 3 orang warga menjadi korban. "Mereka warga RT 8, katanya uangnya hilang. Tapi saya nggak tahu jumlah pastinya berapa," tandasnya.


Pantai Parangkusumo, gerbang istana Nyi Roro Kidul

Masyarakat Yogyakarta sampai saat ini meyakini adanya hubungan spesial antara Keraton Yogyakarta dengan penguasa pantai selatan, Nyi Roro Kidul. Hubungan spesial tersebut dimulai sejak pendiri mataram Panembahan Senopati. Dan di Pantai Parangkusumo lah hubungan spesial itu terjadi.

Pantai Parangkusumo merupakan salah satu pantai yang dikramatkan oleh penduduk sekitar kawasan Pantai Parangtritis, Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dalam tradisi Jawa, pantai Parangkusumo ini dianggap sebagai gerbang utama atau jalan tol menuju Keraton Gaib Laut Selatan, sebuah kerajaan Nyi Roro Kidul yang menguasai Laut Selatan (Samudera Hindia).

Berbagai acara labuhan, baik dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat maupun dari masyarakat setempat digelar di pantai Parangkusumo. Ritual Labuhan Keraton di Pantai Parangkusumo merupakan simbol ikatan dan kekuasaan antara keraton dan penguasa laut selatan.

Berdasarkan cerita almarhum Mbah Nono panggilan akrab RP Suraksotarwono juru kunci sekaligus sesepuh warga Pantai Parangkusumo yang baru meninggal sekitar dua bulan lalu, labuhan kepada Kanjeng Ratu Kidul merupakan sebuah ritual yang penting bagi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Ratu Kidul berjanji untuk mengayomi Panembahan Senopati dan seluruh keturunannya dan Kerajaan Mataram ketika berada dalam kesulitan. Berdasarkan nasehat dari Ki Juru Mertani, Panembahan Senopati bermeditasi di Pantai Parangkusumo, sebuah pantai kecil di pinggiran Laut Selatan.

Meditasi yang luar biasa tersebut mengakibatkan "goro-goro" atau menimbulkan kekacauan di Kerajaan Segara Kidul (laut selatan). Kanjeng Ratu Kidul pun mendatangi penguasa Mataram tersebut dan mengatakan bahwa harapannya telah dikabulkan oleh Sang Maujud Agung.

Kemudian perjanjian antara Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul dibuat. Hubungan antara raja-raja Mataram dan Kanjeng Ratu Kidul telah memperkokoh legitimasi kebudayaan kepada Sri Sultan Hamengkubuono.

Cerita tersebut sampai sekarang masih dipercayai oleh masyarakat Yogyakarta. Sehingga masyarakat masih melakukan ritual di kawasan Cepuri sebagai tempat pertemuan antara Ratu Kidul dengan Panembahan Senopati dan juga di Kawasan Pantai Parangkusumo yang dipercaya merupakan keratonnya Ratu Kidul.

Meski hanya sebuah cerita yang turun temurun, masyarakat tetap melakukan semedi di Pantai Parangkusomo kata Mbah Nono. Pada tahun 1973 ketika akan diberi limpahan jabatan dari ayahnya, dia didampingi ayahnya melakukan semedi Pantai Parangkusmo.

Saat itu tiba-tiba air laut surut dan terlihat adanya sebuah kerajaan. Saat dia masuk, dari depan kerajaan terlihat seperti ada gerbang yang megah. Melewati gerbang terlihat bangunan seperti pendapa yang dilengkapi tiga tangga yang terbuat dari batu yang sangat indah dan sangat bersih.

Ketika ingin menaiki pendopo tiba-tiba sosok Ratu Kidul muncul. Seketika itu juga Mbah Nono langsung menundukkan wajah sebagai bentuk penghormatan bagi penguasa laut selatan.

Setelah sekian lama tertunduk, tiba-tiba Ratu Kidul menjamah kepala Mbah Nono seraya mengatakan untuk menerima tanggung jawab yang diberikan ayahnya, menjadi penerus juru kunci Cepuri. Melalui pengalaman gaib itulah dia menerima tanggung jawab sebagai juru kunci Cepuri, tempat pertemuan antara Panembahan Senopati dengan Ratu Kidul.

Sebagai juru kunci Cepuri, kakek yang telah dikarunia empat cucu ini menyatakan, terdapat dua tempat lokasi untuk melakukan ziarah yaitu di Batu Besar yang disebut Sela Ageng dan Batu Sengker atau batu gilang. Di lokasi Sela Ageng inilah pertama kali Penembahan Senopati melakukan semedi. Namun karena tidak nyaman, maka Panembahan Senopati berpindah tempat ke lokasi batu sengker (batu kecil) yang lokasinya di bagian selatan Sela Ageng.

Saat bersemedi di batu kecil (Batu sengker) inilah Panembahan Senopati bertemu dengan Ratu Kidul yang ceritanya Ratu Kidul bersedia membantu dan mengamankan kerajaannya beserta keturunan Penembahan Senopati (Raja Keraton Yogyakarta). Dengan janji dari Ratu Kidul itulah sampai sekarang ritual Labuhan yang dimulai dari doa di sela sengker hingga dan berakhir dengan Labuhan di Kawasan Pantai Parangkusumo masih terus dilestarikan. Sampai kini, ritual tersebut sudah masuk menjadi agenda budaya dan wisata di Pantai Parangkusumo, Kretek, Bantul, Yogyakarta.


Suara tentara Jepang di gua angker Situbondo

Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa timur merupakan salah satu kawasan konservasi di mana di dalamnya terdapat berbagai macam flora dan fauna. Namun, dibalik keelokannya tersimpan cerita mistis yang bisa membuat bulu kuduk berdiri.

Salah satunya mengenai gua angker yang dibuat oleh para bekas penjajah Jepang. Gua yang berada di tengah-tengah hutan Baluran tersebut menyimpan kisah berupa cerita pada jaman peperangan antara tentara Jepang dengan tentara Indonesia pada kala itu.

Konon kabarnya kala peperangan banyak tentara Indonesia yang gugur di dalam gua. Jasad para tentara Indonesia banyak berserakan di gua. Dalam gua Jepang itu ada dua ruangan yang terdiri ruangan utara dan selatan dengan ukuran 12 meter per segi.

Tak jarang warga dusun Batangan, Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Situbondo mengalami kejadian aneh saat berada di sekitar gua. Kerap kali terdengar suara-suara aneh yang bernada gaduh dalam bahasa Jawa, Jepang dan Madura.

Cerita Taman Nasional Baluran semakin angker karena sejak lama hutan Baluran dikenal rawan kecelakaan. Apalagi di dalamnya ada sebuah tebing curam nan angker, yang lebih dikenal sebagai Curahtangis. Curahtangis, sebuah tebing curam yang berada di Jalur Tengkorak hutan tersebut.

Antara Curahtangis dan Jalur Tengkorak merupakan kristalisasi yang tidak dapat dipisahkan. Karena Curahtangis berada di pertengahan Jalur Tengkorak Hutan Baluran, yang ujung timur masuk lintasan jalur perjalanan Kota Gandrung, BanyuwangiSitubondo.

Dengan keberadaan jalannya yang naik turun dan bergelombang, hampir selalu ada kecelakaan baik kecelakaan ringan hingga merenggut korban dengan nyawa melayang.

Angkernya Curahtangis yang selalu memakan korban pelintas Jalur Tengkorak Hutan Baluran itu memang berkaitan erat dengan sebuah mistis. Sekitar 200 tahun yang silam, ada sebuah kisah tragis yang tak dapat dilupakan. Konon kejadiannya, ada seorang gadis cantik bernama Dewi Taroro dianiaya secara tragis oleh pacarnya sendiri, lalu dilempar ke dasar Curahtangis.

Saat itu, Dewi Taroro diajak pacarnya berjalan-jalan di seputar Hutan Baluran. Ketika sedang berdiri di tepian Curahtangis, tiba-tiba Dewi Taroro didorong pacarnya hingga terlempar terjun bebas ke bawah Curahtangis yang kedalamannya kurang lebih 18 meter, dan dipenuhi bebatuan besar. Tragisnya lagi, kepala Dewi Taroro pecah membentur bebatuan.

Masyarakat Bajulmati dan Batangan berbondong-bondong hendak mengangkat mayat Dewi Taroro. Evakuasi dilakukan hingga beberapa warga turun ke dasar Curahtangis. Namun, pemandangan tidak wajar menggegerkan warga setempat. Karena, dengan pelan-pelan namun pasti jasad Dewi Taroro menghilang, dan tak membekas seperti tak pernah ada kejadian apa pun.

Berdasarkan cerita tersebut, tentu bukanlah suatu hal yang mengherankan jika Curahtangis terkenal angker dan selalu minta korban. Ada kalanya jalan itu kelihatan lurus padahal sebenarnya tikungan. Bahkan juga ada sewaktu melewati jalur yang melintas Curahtangis tiba-tiba ada seorang perempuan akan menyeberang di tengah jalan.

Bisa dibilang rangkaian kecelakaan yang kerap terjadi di sana merupakan wujud tumbal dendam kesumat sang Dewi Taroro yang telah dikhianati dan dilempar ke dasar Curahtangis oleh pacarnya sendiri.

Tidak hanya kecelakaan yang kerap terjadi di sana, ada kalanya alunan suara tangis nan mengharukan kerap terdengar dari kesunyian yang senantiasa meronai Curahtangis. Bahkan kadang ada bayangan seorang dara yang berkelebat di seputar Curahtangis, atau hal-hal ganjil lainnya.

Siapa pun yang mendengar suara tangis atau menjumpai bayangan tersebut, kerapkali menjadi awal pertanda adanya sebuah petaka. Entah itu kecelakaan biasa, hingga musibah yang merenggut nyawa seseorang.


Goa Ngerong, tempat liburan beraroma mistis

Selama ini Kabupaten Tuban dikenal dengan sebutan Seribu Goa. Sebutan tersebut tentu bukan sekadar omong kosong, di kabupaten ini banyak sekali dijumpai goa-goa yang umurnya sudah sangat tua bahkan terkadang dikeramatkan.

Salah satu gua yang paling tersohor di Tuban adalah Goa Ngerong yang terletak di Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Goa Ngerong terkenal karena keindahan serta adanya sumber mata air yang keluar dari dalam gua.

Di dalam gua ini juga terdapat ikan tawes dan kura-kura yang menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang hingga saat ini masih menyimpan mitos yang belum terkuak.

Selain ikan dan kura-kura, pada siang hari pengunjung dapat menikmati ribuan kelelawar yang bergelantungan di atap goa. Selain alamnya yang indah, ribuan makhluk hidup yang ada di dalam Goa menambah keunikan Goa Ngerong.

Ledakan pengunjung biasanya terjadi pada hari Jumat Pahing. Di mana pada hari pasaran Jawa itu, orang berdatangan untuk nyekar atau sekadar membasuh muka dengan air Kali Ngerong.

Para pengunjung percaya kalau sumber mata air dari Goa Ngerong punya tuah dan diyakini mampu merangsang usaha, jodoh atau hal lainnya yang berkaitan dengan kepentingan duniawi.

Cerita seputar Goa Ngerong di mulai dari bagian cikal bakal terbentuknya Kadipaten Tuban di masa kerajaan dulu, kepahlawanan tokoh Kembangjoyo yang sakti mandraguna hingga cerita tentang kecantikan putri Ngerong yang elok rupawan.

Ada kisah yang beredar di kalangan warga sekitar, sang putri yang konon bertapa di dalam Goa Ngerong hingga lampus (raganya menghilang) tetapi masih kerap terdengar suaranya dan kerap muncul di tengah kesibukan orang nyekar. Sang putri tersebut digambarkan mengenakan kebaya dengan selendang di bahunya sambil membawa tas belanjaan khas orang dusun.

Menurut legenda masyarakat setempat, ikan dan kura-kura yang berjumlah ribuan merupakan jelmaan bidadari dan Senopati Kerajaan Gumenggeng yang dikutuk Dewa karena membuat kesalahan.

Gua Ngerong juga memiliki cerita mistis yang terselimuti di balik keindahannya. Salah satu cerita mistis yang dipercaya warga yaitu apabila ada pengunjung yang datang kemudian pulang membawa ikan tawes atau kura-kura yang berasal dari sumber air di dalam goa maka akan mendapatkan sial atau bahasa Jawanya "ciloko".

Kepercayaan lain yang hingga kini masih tumbuh subur di Goa Ngerong yakni bila seorang berani membawa ikan dan kura-kura keluar dari tempatnya maka akan didatangi hantu hingga hewan itu dikembalikan ke tempat semula.

Kedua mitos ini membantu gua dan hewan-hewannya tetap lestari sampai saat ini. Hewan lainnya adalah kura-kura putih dengan diameter kurang lebih 1 meter, juga ikan tanpa mata (buta) khas hewan gua, yang mulai didapati di kedalaman 1000 meter.

Tertarik menikmati keindahan Goa Ngerong?


Jeritan tentara Belanda selalu menghantui Lawang Sewu

Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Gedung ini kini selain sebagai tempat wisata sejarah juga sering dijadikan tempat untuk menguji nyali. Pasalnya gedung ini terkenal angker.

Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907, Lawang Sewu berada di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein. Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu) dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak.

Meski kenyataannya pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini juga memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).

Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah.

Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.

Namun ketenaran Lawang Sewu bukan berasal dari cerita sejarahnya, melainkan mistis yang kuat yang tersimpan rapat di gedung yang memiliki banyak pintu ini. Bahkan kini Lawang Sewu seolah menjadi icon mistis di Jawa Tengah.

Lawang Sewu dipercaya banyak ditinggali hantu-hantu Belanda dan Jepang. Hantu-hantu yang sering dibicarakan warga sekitar adalah arwah para tentara Belanda dan Jepang yang masing-masing punya daerah kekuasaan sendiri-sendiri.

Di pintu depan paling barat bangunan tua itu dipercaya dikuasai oleh sosok hantu tentara Belanda. Setiap kali muncul lelembut yang penampakannya selalu mengenakan pakaian seragam serdadu lengkap dengan senapan laras panjang.

Lain lagi di salah satu ruang paling depan yang ditengarai dulunya menjadi pos penjagaan tentara Nipon, di sekitar tempat itu dikuasai oleh sosok lelembut yang berwujud serdadu Jepang. Khusus makhluk gaib yang satu ini, mereka terlihat bengis dan kejam. Kumisnya panjang melintang dengan ke mana-mana selalu membawa sebilah samurai panjang.

Selain hantu tentara Belanda dan Jepang, hantu perempuan tidak kalah seram di tempat tersebut. Dari dalam gedung tersebut sering kali terdengar jeritan-jeritan suara perempuan yang diperkirakan jeritan itu berasal dari jerit noni-noni Belanda. Bahkan, setiap muncul jeritan pasti disusul suara derap sepatu laras tentara Belanda dan Jepang. Sepertinya arwah mereka kompak, namun suara jeritan itu diperkirakan jeritan noni Belanda yang ketakutan ketika melihat aksi pembantaian Jepang terhadap tentara Belanda.

Konon, banyak tentara Belanda yang tewas disembelih tentara Jepang. Sehingga suara jeritan itu kadang disusul jeritan tentara Belanda yang kesakitan.

Namun, dari sekian banyaknya makhluk halus yang menjaga gedung Lawang Sewu tersebut, menurut beberapa paranormal asal Semarang tidak akan mengganggu masyarakat apabila nekat masuk ke dalam gedung. 


Kisah sopir angkot disesatkan tiga hantu cantik

Percaya tidak percaya, seorang sopir mikrolet jurusan Pedurungan, Semarang Barat-Mangkang, Semarang Timur mengalami kisah mistis. Kala itu Mukharom (41) membawa penumpang, tiga perempuan. Konon kabarnya wanita itu adalah penghuni Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bergota, Kota Semarang.

Seperti biasanya, Mukharom mencari penumpang dengan membawa mobilnya menyusuri trayek. Namun, ketika menjelang Magrib, Mukharom diberhentikan oleh oleh tiga wanita yang mengenakan payung. Peristiwa itu dialaminya pada Jumat (29/6).

Saat memberhentikan mikrolet, tiga wanita ini tepat berdiri di depan toko penjahit Eka Karya yang berada di Kompleks Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bergota di Jalan Kiai Saleh, Kota Semarang. Dengan melempar senyum, ketiganya yang memakai rok longdress dan berambut panjang melambai tanda menghentikan mikrolet.

"Saat itu saya langsung berhenti. Tiga wanita menggunakan tiga payung berwarna hitam, hijau dan merah, rambutnya ketiganya panjang. Selama perjalanan ketiga wanita itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun, kecuali saat akan naik dan turun," ungkap Mukharom kepada merdeka.com Sabtu (30/6).

Hal yang aneh yang tidak Mukharom sadari, selama perjalanan selain tidak mendapat penumpang lain, ketiga wanita itu meminta naik dan turun sebanyak tiga kali. Kala itu dia hanya menurut saja saat ketiganya turun dari mikroletnya dan naik kembali sambil menenteng payungnya masing-masing.

Pertama ketiganya turun di Pasar Bulu di Jalan MGR Soegiyopranoto, Semarang. Kemudian turun lagi di depan Kantor Bank Muamalat di Jalan Pusponjolo, lalu naik lagi. Terakhir turun di Pasar Karangayu.

"Saya tidak menaruh curiga sedikit pun apa sih tujuan mereka naik turun selama tiga kali. Seperti terhipnotis oleh kecantikan mereka," katanya.

Kemudian, saat sampai di Jalan Pusponjolo Semarang Barat itu, salah seorang dari mereka menyuruh Mukharom mengantar sampai ke rumahnya. Mereka juga berjanji akan menambah ongkos sebesar Rp 3.000 sebagai tambahan uang bensin.

"Mereka bilang, mas anter saya sampai rumah yah, nanti saya tambahin tiga ribu. Saya akhirnya menuruti permintaan ketiga wanita itu. Selama perjalanan saya tidak sedikitpun mengajak atau diajak bicara mereka. Setiap kali melihat kaca spion saya untuk melihat mereka. Ketiganya hanya tersenyum tanpa mengeluarkan kata sedikit pun," tuturnya.

Di tengah jalan salah seorang dari wanita itu minta turun, tepatnya disatu wilayah perkampungan namanya Kampung Rorojonggrang, Semarang Barat. Dirinya merasa sangat kaget karena di depannya tiba-tiba ada sebuah rumah mewah layaknya istana megah.

"Ketiganya turun memberi uang tambahan kepada saya. Wanita pertama dan kedua memberikan uang melalui lubang kaca pintu kiri. Kemudian wanita yang terakhir memberikan uang lewat lubang kaca pintu sebelah kanan dalam posisi dirinya menyetir," katanya.

Bulu kuduk Mukharom merinding ketika tercium bau menyengat. Saking wanginya, dia sampai menengok ke belakang. Namun, alangkah kagetnya ketika menengok kembali ke depan kompleks rumah megah itu berubah jadi kuburan. "Hanya terlihat batu nisan dan pathok," ungkapnya.

Posisi mobil Mukharom berada di pinggir jurang, dan kedua ban depan mobilnya terganjal oleh sebuah pondasi talud jurang itu. Menyadari posisi mobilnya akan tercebur ke jurang, Mukharom berupaya untuk menghidupkan mobilnya yang sempat macet usai ketiga wanita itu menghilang.

"Saat saya starter berkali-kali tidak mau hidup. Saya langsung sadar baca bismilah tiga kali akhirnya langsung hidup. Alhamdulillah akhirnya dengan berupaya keras mobil saya hidup dan saya tinggalkan kompleks makam yang dikenal warga sekitar angker dan menyeramkan," kata Mukharom.

Setelah berjalan sekitar tiga kilometer, Mukharom kemudian istirahat sebentar untuk minum dan makan di warung nasi kucing yang tak jauh dari makam. Mukharom lalu berkeluh kesah dengan penjual tentang kejadian itu.

"Memang di kuburan itu sering mas, tidak sopir mikrolet, tidak tukang ojek sering dijebak dan disesatkan di kompleks kuburan yang dikenal angker dan menyeramkan itu. Untung saja sampeyan bisa selamat. Biasanya orang-orang yang disesatkan menghilang beberapa hari kemudian kembali dalam keadaan gila. Bahkan ada yang hanya tinggal nama. Salah satu dari tiga kuntilanak itu juga sempat membeli nasi kucing juga sebelum kejadian yang sampeyan alami mas," kata Mukharom menirukan ucapan penjual nasi kucing.

Paska kejadian misterius itu, pendapatan Mukharom meningkat. Pendapatanya tidak seperti hari-hari biasanya yang hanya cukup untuk makan dan minum serta membeli uang belanja ke anak istrinya. Sampai saat ini, Mukharom antara percaya dan tidak percaya dengan kejadian yang dialaminya.

Alas Bonggan dan cerita kota gaib

Pasca kejadian bus Pahala Kencana dan dua truk PT Varia Usaha, Semen Gresik nyasar di hutan Bonggan, Blora, Jawa Tengah, beragam cerita mistis terkuak satu persatu. Dikabarkan Alas Bonggan merupakan kota gaib yang ditinggali banyak mahluk gaib.

Kisah mistis itu mulai dari penyedia hiburan video yang mengaku disewa oleh warga, padahal warga mengaku tidak menyewa mereka, kelompok seniman yang seolah-olah menghibur warga di dalam hutan, hingga polisi yang nyasar hingga ke kuburan, bukan hal yang aneh bagi warga.

Peristiwa aneh yang menimpa bus Pahala Kencana dan dua truk terjadi pada Kamis (22/6) lalu. Awalnya ketiga kendaraan sedang melaju di Jalur Pantura berjalan lancar tanpa ada hambatan. Saat memasuki jalur Rembang-Juwana-Pati, jalanan macet total, sopir bus yang melihat ada truk di depannya berhenti, mencoba menyalip.

Namun karena kondisi jalan yang menanjak, kernet bus meminta sopir bus agar membiarkan truk mendaki. Setelah truk berhasil melalui tanjakan, sopir bus pun mencoba mendaki. Namun tiba-tiba mesin bus yang didominasi warna putih itu mendadak mati.

Karena mesin mati, sopir dan kernet memutuskan untuk turun dari bus. Ketika turun, keduanya terkejut, karena mereka sudah berada di tengah hutan yang di sekelilingnya dipenuhi pohon jati. Keduanya baru sadar kalau mereka sudah berada sekitar 35 kilometer jauhnya dari Jalur Pantura.

Dari cerita leluhur, Alas Bonggan merupakan kota gaib yang ditinggali banyak mahluk gaib. Hanya orang tertentu saja yang bisa melihat kota yang digambarkan besar dan megah itu. Selain itu, banyak orang yang kerap menggunakan daerah Alas Bonggan sebagai tempat mencari pesugihan.

Cerita mistis tentang Alas Bonggan juga dibenarkan oleh petugas Polsek Todanan Briptu Trio. Menurutnya, banyak cerita kendaraan yang tiba-tiba nyasar ke Alas Bonggan.

"Mereka pikir masih berada di jalur pantura. Tetapi yang terjadi justru berada di tengah hutan. Pohon jati besar di sekeliling bus. Sementara jalan tempat bus berada adalah jalan kecil, jalan kampung," kata Briptu Trio.

Cerita hantu wanita di Tikungan Amoy

Jalan menikung di Desa Bandar Baru, Deli Serdang, Sumatera Utara tak ubahnya seperti tikungan-tikungan lainnya di sepanjang Jalan Medan-Berastagi. Lokasinya terletak dekat deretan bungalow. Di siang hari, jalan ini banyak dilalui warga sekitar maupun para pelancong dari daerah lain.

Lewat azan magrib, situasi di tikungan berubah 180 derajat, banyak bermunculan cerita-cerita seram. Sosok hantu perempuan kabarnya sering menampakkan diri ke sejumlah pengendara yang melintas di jalur ini.

Dari sejumlah kesaksian, makhluk halus itu tidak pernah mencelakai pengendara yang melintas. Tidak hanya menampakkan diri, mesin kendaraan milik warga juga ikut mati tanpa diketahui penyebabnya.

Bahkan, ada beberapa orang yang mengaku hantu perempuan masuk ke dalam mobilnya dengan wujud yang menyeramkan. Alhasil, kehadirannya itu membuat pengemudi ketakutan dan tidak jarang meninggalkan kendaraannya.

Dari cerita yang beredar, sebelum ada pemunculan hantu-hantu ini, terdapat sebuah peristiwa mengenaskan di tahun 1970-an. Ketika itu, terjadi kecelakaan fatal di tikungan ini akibat kendaraan yang dibawa gadis-gadis Tionghoa ini jatuh ke Jurang. Akibatnya beberapa penumpangnya tewas di lokasi kejadian.

Usai kejadian, banyak warga yang mengaku melihat penampakan para korban di tikungan ini. Sejak itu, warga setempat mulai menamakannya Tikungan Amoy karena hantu yang muncul berpakaian ala gadis China.

Sebelum terjadi kecelakaan, tikungan itu disebut Tikungan Manis. Penampakan perempuan itu kabarnya berpakaian macam vampir. Pengendara juga sempat mengalami kejadian aneh ketika melintas. Kendaraan tiba-tiba saja mati saat berada di Tikungan Amoy.

Ada kisah dimana pengendara sempat melihat sekumpulan wanita duduk di kursi belakang mobilnya. Namun dalam waktu sekejap wanita yang dilihatnya itu menghilang dan kendaraannya kembali nyala seperti sebelumnya.

Percaya atau tidak, itu merupakan cerita mistis yang banyak dialami pengendara saat melintas di Tikungan Amoy. Cerita ini dengan cepat menyebar dan sempat dialami oleh mereka yang melintas.


 

Cerita seram di kediaman bocah disunat Jin

Ada cerita mistis di balik bocah berusia lima tahun dengan nama Muhamad Rasya yang diduga disunat secara gaib oleh mahluk halus berbentuk jin. Konon berdasarkan cerita ibunya, Huriyah menuturkan bahwa Rasya panggilan akrab anak ketiganya itu pernah dipukul mahluk halus berbentuk kuntilanak pada usia kandungan berumur 6 bulan.

"Waktu hamil 6 bulan pas hamil Rasya, saya duduk dibalai. Tiba-tiba, saya ditepuk sekali," tutur Huriyah saat berbincang-bincang dengan wartawan, Selasa (26/6).

Huriyah menceritakan semenjak kejadian itu, Paman Rasya sempat kerasukan setan (kesurupan). Dalam kesurupan tersebut sang paman sempat melontarkan kata-kata aneh yang membuat bulu kuduk merinding. Dia mengatakan bahwa bayi yang berada dalam kandungan Huriyah akan dimakan.

"Mamangnya (paman) dia juga kesurupan. Waktu kesurupan dia bilang Anaknya saya makan, anaknya saya makan," ceritanya.

Tidak hanya itu di kediaman tempat Huriyah tinggal di Jalan Joe Gg Bunga RT 03/06 No.31 Lenteng Agung, Jagakarsa memang sudah dikenal warga sekitar kental hal mistik. Warga kerap melihat penampakan mahluk halus berjenis kuntilanak, pocong dan juga seekor ayam berwarna abu-abu.

Penampakan mahluk tersebut kerap terlihat pada tengah malam. Namun berdasarkan penuturan Huriyah, penampakan ayam berwarna abu-abu sering terlihat oleh warga. Bahkan suaminya bernama Rahmat pernah mengejar ayam tersebut saat terlihat dirumahnya. Tidak hanya itu, Bibi Rasya bahkan pernah diantarkan oleh ayam tersebut saat hendak pulang menuju rumahnya.

"Kata warga disini, ayam abu-abu sering terlihat. Bahkan bibinya pernah diantarkan oleh ayam itu saat pulang malam," kata Huriyah.

Lebih lanjut Huriyah menceritakan, bahwa kediamannya tersebut memang dahulunya rimbun oleh pepohonan. Di tanah milik keluarga suaminya tersebut juga berdiri sebuah pohon rambutan yang kini sudah ditebang dan dikenal angker.

"Dulunya banyak pohon,termasuk pohon rambutan, orang banyak yang ngeliat mahluk halus," jelasnya.

Seperti diketahui Muhamad Rasya (5) anak ke-3 dari pasangan Rahmat dan Huriyah pada hari Minggu menjelang azan Magrib kemarin mengalami keganjilan pada kemaluannya. Berdasarkan penuturan orangtuanya, Rasya disunat oleh mahluk halus saat sedang bercanda dengan kakak dan adiknya. Namun tiba-tiba saja Rasya mengeluh perih didaerah kemaluannya. Setelah dibuka celananya oleh sang ibu, kondisi kemaluan Rasya sudah berbentuk mirip seperti orang habis dikhitan.


Gerbang Gunung Padang ditemukan sejak 40 tahun lalu

Juru kunci Situs Megalit Gunung Padang, di Kecamatan Campaka, Cianjur, Jawa Barat mengaku telah menemukan pintu masuk situs sejak 40 tahun lalu. Kala itu, Dadi (52) yang masih berusia 12 tahun menemukan pintu masuk bersama ayahnya.

Dadi mengaku sering menemani ayahnya mencari sarang madu lebah liar yang ada di daerah tersebut. Ketika itulah, dia pernah masuk ke dalam perut situs melalui goa yang memiliki gerbang layaknya sebuah rumah.

"Posisinya sejajar dengan teras pertama, di sebelah timur. Ketika itu, rasa penasaran sempat membuat saya nekad untuk masuk lebih dalam, namun ayah saya melarang saya untuk terus masuk ke bagian dalam," kisahnya seperti dilansir dari Antara, Senin (25/6).

Ketika itu, ayahnya bercerita perihal pantangan masuk ke bagian dalam situs tersebut karena di dalamnya terdapat harta karun yang berlimpah, namun dijaga beberapa ekor ular besar.

"Sejak saat itu, saya tidak berani melanggar larangan ayah saya itu, termasuk masyarakat di sekitar situs ini. Tidak ada yang berani masuk sekalipun mereka mengetahui gerbang masuk ke dalam situs," katanya.

Pengakuan Dadi tersebut, membuat tim ahli, dengan menggunakan alat cangih teknologi, berusaha memindai dari atas altar pertama, tepatnya dari permukaan maupun tebing. Hasil geolistrik dan georadar 3D ditemukan 2 pintu masuk dalam lorong. Saat ini, lorong tersebut diupayakan untuk dibuka.

Pemindaian yang dilakukan, memperkuat indikasi keberadaan lorong tersebut. Setelah para geolog bekerja, kata ketua tim ahli, Danny Hilman, selanjutnya pihaknya menyerahkan penelitian selanjutnya ke tim arkeolog.

"Untuk memastikan titik tersebut, kami masih melakukan penelitian, namun kami melihat ada lapukan batuan, sehingga kondisinya labil, sehingga dapat mengakibatkan langit-langit runtuh," kata ketua tim arkeolog, Ali Akbar.

Sementara itu, beberapa orang arkeolog masih bekerja di lokasi, untuk mencarai kebenaran gerbang masuk situs tersebut. Mereka bekerja dengan sangat hati-hati, menggunakan alat sederhana seperti pacul, kuas, untuk membuat kotak ekskavasi.

"Temuan terbaru saat ini, tim telah menemukan tangga yang kondisinya rusak. Diduga tangga tersebut, menuju pintu utama bangunan di perut Gunung Padang," tandasnya.


Misteri Alas Bonggan, tempat nyasar bus dan dua truk

Kisah nyasarnya bus Pahala Kencana dan dua truk PT Varia Usaha, Semen Gresik masih jadi perbincangan panas di Blora. Bus itu nyasar padahal sopir merasa masih berada di jalur Pantura, Jawa Tengah.

Bus Pahala Kencana dan dua truk tiba-tiba berada di tengah hutan jati. Hutan itu dikenal dengan nama Alas (hutan) Bonggan. Ada cerita turun temurun banyak orang yang mencari pesugihan di Alas Bonggan.

Menurut petugas Satlantas Polres Blora, Bripka Sugimin, lokasi bus Pahala Kencana dan dua truk PT Varia Usaha nyasar, sekitar 35 kilometer dari jalur Pantura. Padahal, menurut pengakuan sopir bus, sebelum nyasar, lampu jalan sangat terang dan banyak terdapat becak di sisi jalan.

"Itu wilayah di atas gunung. Di Todanan, perbatasan Pati dengan Blora," kata Bripka Sugimin. Dia menjelaskan, bus Pahala Kencana tanpa sadar belok kanan mengikuti dua truk dan nyasar 35 kilometer masuk hutan jati.

Menurut petugas Polsek Todanan Briptu Trio, banyak kabar mistis di Alas Bonggan. Dia mengaku sering mendengar cerita kendaraan yang tersesat di tengah Alas Bonggan.

Seperti diberitakan, bus Pahala Kencana dan dua truk PT Varia Usaha, Semen Gresik nyasar di Alas (hutan) Bonggan, pada Kamis (22/6) dinihari lalu. Cerita bermula saat jalur Rembang-Juwana-Pati macet total. Kejadiannya puku 02.00 dinihari. Pengakuan sopir dan kenek bus, mereka masih berada di jalur pantai Utara Jawa.

Sopir bus melihat truk di depannya berhenti dan berupaya menyalip. Namun, saat itu jalanan menanjak. Kenek bus menahan agar sopir memberi kesempatan truk mendaki jalan menanjak lebih dulu.

Setelah truk berhasil mendaki, sopir bus pun berusaha mendaki tanjakan. Namun tiba-tiba mesin mati. Bus tidak kuat menanjak dan melorot turun. Sopir dan kenek turun untuk memeriksa bus.

"Mereka pikir masih berada di jalur pantura. Tetapi yang terjadi justru berada di tengah hutan. Pohon jati besar di sekeliling bus. Sementara jalan tempat bus berada adalah jalan kecil, jalan kampung," kata Briptu Trio.

 

Cerita bus dan dua truk nyasar ke tengah hutan jati Blora

Warga Kecamatan Todanan, Blora, Jawa Tengah pekan lalu geger. Kantor polisi sektor Todanan ikut sibuk. Penyebab geger ini adalah kabar bus Pahala Kencana dan dua truk PT Varia Usaha, Semen Gresik nyasar ke tengah Alas (hutan) Bonggan, pada Kamis (22/6) dinihari lalu.

Cerita tersesatnya bus Pahala Kencana dan dua truk semen itu dituturkan petugas Polsek Todanan, Blora, Briptu Trio kepada merdeka.com, Senin (25/6).

Trio mengakui, beberapa hari terakhir ini kantornya banyak mendapat pertanyaan tentang bus dan dua truk yang hilang. Menurut Trio, cerita bermula saat jalur Rembang-Juwana-Pati macet total. Kejadiannya pukul 02.00 dini hari. Pengakuan sopir dan kenek bus, mereka masih berada di jalur pantai Utara Jawa. Indikatornya lampu jalanan masih terang dan di sepanjang jalanan masih ada becak.

Sopir bus melihat truk di depannya berhenti dan berupaya menyalip. Namun, saat itu jalanan menanjak. Kenek bus menahan agar sopir memberi kesempatan truk mendaki jalan menanjak lebih dulu.

Setelah truk berhasil mendaki, sopir bus pun berusaha mendaki tanjakan. Namun tiba-tiba mesin mati. Bus tidak kuat menanjak dan melorot turun. Sopir dan kenek turun untuk memeriksa bus.

"Mereka pikir masih berada di jalur pantura. Tetapi yang terjadi justru berada di tengah hutan. Pohon jati besar di sekeliling bus. Sementara jalan tempat bus berada adalah jalan kecil, jalan kampung," kata Briptu Trio.

Setelah bus berhenti, sopir dan kenek turun. Penumpang juga turun semua. "Mereka kebingungan hingga pagi datang. Bus dan dua truk baru bisa keluar setelah sinar terang matahari," imbuh Trio.

Trio menjelaskan, memang banyak kabar mistis di Alas Bonggan. Tempat itu dikenal sebagai wilayah yang sering digunakan untuk mencari pesugihan. Dia mengaku sering mendengar cerita kendaraan yang tersesat di tengah Alas Bonggan.

Pihak agen bus Pahala Kencana di Pati mengakui cerita itu. Menurut seorang perwakilan agen, ada bus Pahala Kencana yang nyasar ke Alas Bonggan. Namun dia tidak mau bercerita. "Hubungi pusat saja mas," katanya.
 

Suster ngesot hingga hantu mesin ketik di rumah setan Semarang

Rumah setan, sebutan ini muncul di lingkungan Gedong Setan Pendrian 1910-an Vrijmetselaars-loge yang merupakan loji (club house) untuk perkumpulan masoneri (vrijmetselar).

Perkumpulan vrijmetselar ini adalah perkumpulan yang paling tertutup terbesar di seluruh dunia, bertujuan mengangkat derajat rohani, kesusilaan, setia-kawan dan berdasarkan cita-cita humanisme ketuhanan.

Awalnya, loji di Semarang yang didirikan pada tahun 1801 ini punya nama Prancis "La Constance et Fidle" ("Ketangguhan dan Kesetiaan"). Terletak dekat stasiun Poncol di perempatan Pendrian (sekarang bernama Jl Imam Bonjol) dengan Karangtengah (Jl Kapten Tendean).

Disebut "Rumah Setan" atau "Gedong Setan" oleh masyarakat sekitar Semarang karena pada saat itu loji ini suasananya angker dan agak gelap di malam hari. Gedung itu dulu sejarahnya memang dipergunakan oleh kelompok penganut aliran kebatinan.

Menurut masyarakat Pendrian yang kini berubah nama menjadi Pindrikan, pada masa pendudukan jepang perkumpulan masoneri ini dilarang. Pasca-Indonesia merdeka, gedung berubah fungsi menjadi Kantor Kejaksaan Negeri Semarang.

Setyo Rini, salah seorang warga Pindrikan menyatakan banyak cerita horor yang didengarnya dari beberapa orangtua dan sesepuh kampung. Mulai dari cerita suster ngesot, hantu toilet, hantu kuda, hantu tentara baris, sampai hantu mesin ketik.

"Ayah saya kebetulan teman dari seorang saksi mata yaitu almarhum Pak Kasbi yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih di gedung itu. Banyak penampakan dan cerita horor di sana," ugkap Setyo Rini saat ditemui merdeka.com, Sabtu (23/6).

Termasuk cerita tentang arwah penasaran seorang "Suster Kesot" yang tinggal di gedung. Konon hantu suster ngesot ini muncul setelah ada seorang suster dibantai oleh tentara Jepang. Lalu dia diperkosa dan kaki sama tangannya dikapak oleh serdadu Jepang.

Kemudian cerita tentang toilet di gedung, saat orang masuk toilet, tiba-tiba terdengar suara orang kencing atau batuk-batuk di dalam toilet. Namun, setelah ditunggu lama tak ada satupun orang yang keluar dari toilet. Kemudian saat diketuk pintunya tidak ada satu orang pun di dalam toilet itu.

"Kalau hantu mesin ketik biasanya terjadi di malam hari. Tidak ada karyawan kejaksaan atau pegawai yang lembur. Ruangan yang terdengar suara mesin ketik itu lampunya menyala. Ketika dicek, ternyata kosong tidak ada orang sama sekali dan ruangan terkunci," ungkap Setyo Rini menceritakan cerita ayahnya.

Gedong Setan yang memiliki bangunan bergaya arsitektur neo-klasik dibongkar pada tahun 1976. Saat ini, tempat itu menjadi rumah toko dan pemukiman penduduk warga Pindrikan Lor, Semarang.

Memang masih ada bekas tembok runtuh dan sisa bangunan rumah setan atau loji. Namun, kesan seram dan angker sudah tidak ada lagi di perempatan yang dulu sering terjadi kecelakaan itu.

Lain lagi pernyataan Ibu Musfiah, warga yang tinggal di Pindrikan Lor mempunyai warung tepat berada di belakang loji atau rumah setan itu. Dirinya merasa yakin dan percaya sampai saat ini setan-setan yang menempati loji walau pun bangunannya sudah tidak ada tetapi arwah setan itu masih gentayangan.

"Belum ada sebulan kemarin seorang bocah berumur 3,5 tahun. Dicari-cari orangtuanya berhari-hari ternyata disembunyikan dalam mobil di bengkel yang merupakan bekas bagian bangunan deretan loji. Setelah ditanyai anak itu katanya diajak main sama teman yang diduga hantu anak-anak dari bekas rumah setan itu," ungkapnya.

Warga Prindikan lainnya, Sasonggo (51) yang menempati rumah panggung yang merupakan rumah sejarah peninggalan Perusahaan Kereta Api (Perumka) kiniPT KAI punya cerita lain. Gedung setan itu diubah fungsinya sebagai kantor kejaksaan supaya tidak dibuat bermain-main dan dimasuki oleh anak-anak dan orang sekitar kampung maka dihembuskanlah berbagai cerita horor.

"Apalagi kejaksaan kan tempatnya orang-orang nahan penjahat sama menyita mobil, sepeda motor dan barang-barang berharga. Supaya tidak ada orang luar masuk. Apalagi karyawanya rata-rata orang Belanda maka dihembuskanlah cerita misteri dan horor untuk nakut-nakuti dan berhasil," ungkap Sasongko yang juga Ketua RT.05 RW III Kota Semarang.

Benarkah ada pohon paling angker di TPU Jeruk Purut?

Siapa tidak kenal dengan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut. Konon Jeruk Purut identik dengan hantu pastur dengan kepala yang terpenggal seperti cerita yang pernah dibuat dalam karya film.

Pemakaman yang mulai digunakan warga sejak tahun 1978 itu ternyata ada kuburan keramat Syeikh Waliallah Wan Salim atau biasa disebut Habieb Salim. Lantas siapa habieb Salim ini, dia merupakan keturunan dari seorang wali yang dikenal dengan nama Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad Husain Ass Syafi'i Sunnira atau biasa disebut mbah Priok.

Habieb Salim telah meninggal ratusan tahun lalu. Dia tokoh Islam yang juga dikagumi oleh warga Jakarta terutama daerah Jeruk Purut. Satu keluarga garis keturunan Habieb Salim dimakamkan di Jeruk Purut.

Makam Habieb Salim disebut makam keramat, karena sering digunakan masyarakat untuk memperlancar permintaan. Hal ini diceritakan salah satu penjaga parkir TPU Jeruk Purut yang telah 8 tahun bekerja di sana. Nama laki-laki berusia 38 Tahun itu, Dayat.

Dayat menceritakan kalau makam keramat Habieb Salim sering dipergunakan warga untuk berdoa dan meminta permintaan. Seperti bagi yang masih bersekolah untuk memperlancar ujian. Bagi yang masih mencari kerja untuk segera mendapat kerja.

Biasanya yang berdoa meminta sesuatu di depan makam Habieb Salim adalah perkumpulan pengajian yang berasal dari Jabodetabek. Jika permintaan terkabul maka wajib menyerahkan seekor ayam hidup ditaruh di sekitar makam Habieb Salim.

"Ya paling sering minta diluluskan ujian, kalau tidak lekas dapat kerja tapi kalau sudah terpenuhi harus serahkan seekor ayam hidup di sini, nanti ayam itu juga buat warga," ujar Dayat kepada merdeka.com, di TPU Jeruk Purut.

Makam Habieb Salim berada di tengah dengan ukuran 6 m x 6 m. Mudah untuk menemui makam kramat tersebut, ada bangunan rumah kecil dengan sekeliling pohon kamboja, kalau malam cahaya penerangan paling terang di tempat tersebut.

Ketika merdeka.com berada di lokasi makam Habieb Salim. Makam tersebut berada di dalam bangun rumah, di mana ada makam kakek, nenek, istri dan anak-anaknya. Total ada 6 makam di dalam rumah tersebut. Di sekeliling depan samping kiri adalah makam keluarga keturunan Habieb Salim.

Lantas hal mistis apa yang ada di makam keramat tersebut. Menurut Dayat, makam tersebut dijaga oleh para jin Islam. Kalau berkunjung wajib untuk mengucapkan doa agar senantiasa dijaga oleh Habieb Salim.

Boleh percaya boleh tidak, ada kejadian ketika TPU ini dijadikan lokasi syuting acara reality show happy family yang dipandu oleh Rubben Onshu. Kata Dayat, pernah syuting dengan tema jalangkung ternyata yang terjadi jalangkung benar.

Begitu pula ketika acara uji nyali Transtv melakukan syuting di pemakaman ini. Karena tidak izin terlebih dahulu ke makam Habieb Salim, ada 5 kru yang kerasukan.

"Ada waktu itu 5 kru Transtv kerasukan waktu syuting acara uji karena tidak izin dulu ke makam Habieb, harusnya selametan dulu," jelasnya.

Ada juga cerita buldozer terjun ke bawah saat melakukan pembangunan jalan di area makam. Lagi-lagi pembangun jalan tersebut belum melakukan izin dan selametan di makam Habieb.

"Biasanya kalau sudah izin dan melakukan selametan, Insya Allah dijaga sama Habieb," tandasnya.

Larangan keras bagi para wanita yang sedang haid untuk mengunjungi TPU ini. Karena banyak kejadian kesurupan pada wanita haid. Biasanya yang merasuki pun makhluk halus sejenis kuntilanak.

"Sering kejadian kerasukan itu ke perempuan haid, karena kuntilanak suka dengan bau-bau amis," katanya.

Lantas di mana letak hantu pastur berada, menurut Dayat hantu berjubah hitam berada 5 meter sebelum makam keramat Habieb Salim. Tetapi paling angker di TPU Jeruk Purut adalah pohon Benda. Katanya, pohon yang berdiri ratusan tahun adalah pusatnya para dedemit berkumpul.

Di pohon Benda itu Ki Joko Bodo pernah melakukan pertapaan selama dua hari sekitar tahun 2005. Selanjutnya seorang warga asal bogor melakukan ritual yang sama seperti Ki Joko Bodo. Tetapi tidak sekuat Ki Joko Bodo.

"Dulu pernah Ki Joko Bodo tapa di pohon Benda, dia mengakui kalau pohon itu aura mistisnya kuat sekali," ujar dia.

Pada pohon Benda terdapat keris yang sering diincar oleh para pemilik kekuatan mistis. Namun sayang sekali upaya untuk mengambil keris tersebut tidak pernah berhasil.

Jika ada orang yang bisa mengambil keris yang ditanam di dalam pohon, maka menurut Dayat akan sakti kekuatan orang tersebut.


Cerita mistis menjelang pemakaman Soeharto

Istana Giribangun merupakan makam keturunan Kerajaan Mangkunegaran. Ternyata makam itu memiliki daya mistis dalam sejarah perjalananya. Muncul mitos bahwa makam tersebut merupakan tempat sakral dan tidak bisa diperlakukan sembarangan.

Posisi dan keberadaan Astana Panagdegan di atas Astana Giribangun di lereng barat Gunung Lawu tepatnya terletak di Desa Karang Bangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sebagai leluhur di atasnya melindungi atau orang Jawa menyebutnya "hamemayungi" menjadi payung keberadaan makam anak cucunya.

Beberapa kejadian dan fenomena mistis membuktikan keberadaan Astana Mangadeg, komplek pemakaman para penguasa Istana Mangkunegaran, salah satu pecahan dinasti Mataram. Makam itu merupakan Raja Mangkunegoro III (sebutan jawa; Mangkunegoro III) keturunan Raja Mataram Panembahan Senopati selalu melindungi dan merestui makam anak cucu di bawahnya.

Salah satu yang dimakamkan disini adalah Kanjeng Pangeran Adi Pati arya Sri Mangkunegara I. Pangeran Adi terkenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyowo. Tokoh kesohor raja Mangkunegaran dikenal sakti mandraguna dan selalu menjadi rujukan raja-raja Mataraman baik Surakartan (Solo) dan Ngayogyokarto Hadiningrat (Yogya).

Kejadian-kejadian mistis itu seolah-olah kedua raja dan sesepuh Mangkunegaran yang dimakamkan di sini di antaranya Kanjeng Pangeran Adi Pati Arya Sri Mangkunegara I, atau disebut Pangeran Samber Nyowo memberikan restu maupun memberikan perlindungan pada saat-saat tertentu dari kejahatan atau perbuatan tangan-tangan jahil.

Beberapa peristiwa dan fenomena mistis aneh terjadi di antaranya saat makam Presiden Kedua Indonesia, HM Soeharto digali. Suasana pemakaman Soeharto di Astana Giribangun kala itu sedang redup, tak ada awan. Hanya angin yang berhembus pelan saat itu.

Soeharto dimakamkan pada Minggu Wage, 27 Januari 2008 setelah Azan Asar sekitar pukul 15.30 WIB. Keluarga besar Soeharto dan sejumlah tokoh ternama baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebelum penggalian, keluarga besar Soeharto melakukan upacara Bedah Bumi. Tujuannya adalah agar penggalian dapat berjalan lancar dan selamat. Upacara tersebut dipimpin oleh Begug Purnomosidi mantan Bupati Wonogiri.

Upacara dimulai dengan menancapkan linggis ke tanah pemakaman sebanyak tiga kali. Yang pertama, tidak terjadi apapun dan begitu pula dengan yang kedua. Namun, kejadian yang membuat merinding bulu kuduk terjadi saat linggis mengoyak tanah untuk kali ketiganya.

"Tiba-tiba, duar! Terdengar suara ledakan yang sangat keras bergema di atas kepala kami," kata juru kunci makam keluarga Soeharto di Astana Giribangun Soekirno.

Para penggali makam dan orang-orang di sekitarnya sontak kaget mendengar ledakan itu. Mereka saling berpandangan. Bingung. Mencoba mereka-reka dan mencari-cari dari mana asal suara menggelegar itu.

"Bukan bunyi petir, lebih mirip suara bom besar meledak di atas cungkup Astana Giribangun," kata Sukirno.

Anehnya, tak ada yang porak poranda. Tak ada benda yang bergeser karena suara ledakan itu. Terbesit di pikiran, mungkin itu suara ghaib. Semua yang ada di tempat itu terdiam, terpaku. Lalu, suara Begug Purnomo Sidi memecah keheningan.

"Bumi mengisyaratkan penerimaan terhadap jenazah beliau," tutur Sukirno, menirukan kalimat Bupati Wonogiri.

Tidak hanya itu yang dialami sang juru kunci Astanagiribangun Sukirno. Beberapa bulan sebelum kematian Soeharto, terjadi longsor mendadak di bawah Perbukitan Astana Giribangun.

Selain pengalaman menggali makam Soeharto, pria kelahiran Karanganyar tahun 1953 itu juga masih ingat ketegangan terjadi di Astana Giribangun, tahun 1998, saat kekuasaan Soeharto berakhir. Masa di mana-mana menghujat dan ingin mengadili Soeharto beserta keluarganya.

Terjadi pula perebutan tanah-tanah serta pengerusakan aset negara yang saat itu dikuasai Soeharto di beberapa daerah. Hingga merembet ada kabar, makam keluarga Soeharto itu bakal diserang dan akan dirusak oleh ribuan masa.
"Bersama warga saya memasang drum-drum di tengah jalan. Di depan pertigaan di depan SD Ibu Tien yang terletak di tanjakan menjelang Astana. Kami memalang puluhan batang bambu ori berduri. Siapa yang melintas dengan berjalan kaki sekalipun, tak bakal gampang menembusnya," tutur Sukirno.

Malam-malam pun terasa panjang. Orang-orang kampung dan desa secara bersama-sama dengan pengurus dan berjaga di sekitar makam. Dari pesawat komunikasi HT terdengar sandi, misalnya 1.000 "kuda lumping" yang artinya ada seribu pengedara sepeda motor menuju dan bergerak mengarah ke Astana. Atau lima ratus "gerobak" atau 500 pengendara mobil juga.

"Anehnya tak pernah sekalipun mereka hendak melempari Astana dan merusak bangunan makam di sini benar-benar tiba," kata Sukirno.

Sukirno berkeyakinan arwah para leluhur raja Mangkunegaran datang dan melindungi sebab arwah leluhur bagi orang Jawa diyakini masih bersemayam dan jika dalam situasi darurat akan muncul dan melakukan perlindungan.

Apalagi leluhur mereka yaitu Kanjeng Pangeran Adi Pati arya Sri Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyowo atau Aji Panglimunanya.

Misteri denting lonceng di kuburan Belanda Menteng Pulo

Konsep pemakaman elite dan teratur sudah dilakukan pemerintah kolonial Belanda sejak dulu. Salah satu makam yang dibangun Belanda adalah makam Ereveld Menteng Pulo, Jakarta. Di sinilah Belanda memakamkan para pahlawan perangnya.

Salah satu yang dimakamkan adalah Jenderal Simon Hendrik Spoor. Panglima tertinggi tentara kerajaan Belanda di Hindia Belanda (1945-1949). Spoor meninggal 25 Mei 1949 di Batavia (sekarang Jakarta). Namun, kematian Spoor juga dilingkupi berbagai kontroversi. Ada yang bilang ditembak Naga Bonar dan ada juga yang bilang karena serangan jantung.

Tentara Koninklijke Nederland Indische Leger (KNIL), yang tewas bukan hanya tentara asli Belanda. Ada juga yang orang pribumi seperti Sunda, Jawa, bahkan Sumatera. Karena dianggap berjasa untuk Belanda, mereka pun dimakamkan di Ereveld Menteng Pulo.

Tanda salib warna putih berjejer teratur dalam 9 blok. Masing-masing blok terdiri dari 200 liang lahat yang ditanami rumput dengan rapi. Setiap blok dipisahkan oleh jalan berbatu koral selebar 4 sampai 5 meter. Di sisi kanan dan kiri jalan ditanam pohon cemara. Sehingga udara pun terasa segar di pagi hari.

Untuk masuk ke makam Ereveld Menteng Pulo, pengunjung diharapkan membunyikan lonceng. Lonceng menempel di dinding pagar. "Teng teng teng teng teng..." Tujuh kali dentuman lonceng ini berbunyi.

Penjaga makam pun akan membukakan gerbang, gerbang besi tua warna hitam, dan ditanya maksud kedatangannya, serta diminta mengisi buku tamu. Tidak sembarang orang boleh masuk ke makam ini. Hanya keturunan penghuni makam serta tamu dengan izin khusus boleh masuk.

Menurut Jono (55), salah satu pembantu pengelola taman makam Menteng Pulo. Setiap menjelang malam suasana di sekitar makam Menteng Pulo ini terasa sepi. Hanya terdengar angin yang menyapa rimbunan pohon dan menjatuhkan dedaunan.

"Saya disini sudah lebih dari 8 tahun, memang tidak angker, tapi kadang lonceng itu yang didekat pintu masuk berbunyi sendiri pada waktu malam," ungkap Jono kepada merdeka.com, Sabtu, (16/6).

"Kadang enam atau tujuh kali berbunyi lonceng itu," lanjutnya.

Jono juga menambahkan, kejadian tepat malam Jumat itu tak hanya dialami oleh dirinya saja. Tetapi juga pernah dialami oleh petugas kebersihan lainnya. Namun dia menolak menceritakan detil peristiwa itu.

"Ya supaya yang mau kesini tidak takut," tandasnya.

Teng... teng.. teng...

Imogiri, makam raja paling keramat

Kompleks Makam Imogiri dibangun sekitar tahun 1632 oleh Sultan Agung, raja terbesar Mataram yang beragama Islam. Walau begitu, bangunan makam ini memiliki corak peninggalan Hindu yang kental.

Imogiri dilingkupi legenda, mistis dan budaya Jawa yang kental. Konon menurut cerita, pembangunan makam ini atas petunjuk tokok penyebar agama di Jawa, Sunan Kalijogo.

Keinginan pembangunan makam ini muncul saat Sultan Agung menunaikan ibadah haji di Makkah dan melihat makam nabi. Dia juga terinspirasi usai melakukan ibadah jumroh melempar batu untuk mengusir setan atau iblis di Padang Arafah.

Sultan pun pulang dan mencari lokasi makam dengan cara melempar batu. Batu itu jatuh mengarah ke sebuah kawasan pegunungan Seribu di wilayah Bantul. Akhirnya dibangunlah makam Imogiri di Bantul.

Dari gaya dan tipe bangunannya, pada bagian pintu gerbang makam dibuat dari susunan batu bata merah tanpa semen yang berbentuk candi Bentar. Menunjukan adanya pengaruh agama Hindu.

Selasar bangunan serta bagian bangunan di sekitar batu nisan makam, menunjukkan ajaran Islam. Selain itu budaya Jawa juga tercermin.

Ada tempat sesaji yang khusus berada di bagian kanan kiri batu nisan makam raja-raja. Hal itu diperuntukkan bagi tempat ziarah anak-cucu sang raja. Sebagai bentuk bhakti orang Jawa terhadap leluhurnya.

Perlakuan dan pemeliharaan makam Imogiri pun tergolong sangat istimewa dan sangat khusus. Perawatan dilakukan oleh para abdi dalem keraton Ngayogyokarto Hadiningrat dan oleh keturunan Sri Sultan Hamengkubuono dan Raja Pakubuono.

Termasuk memasuki makam raja-raja Mataram jelas tidak sama dengan memasuki pemakaman umum. Untuk masuk ke makam Sultan Agung, maka selain harus mengenakan pakaian adat Jawa, pengunjung juga harus melepas alas kaki. Mereka juga harus melalui tiga pintu gerbang.

Bahkan yang bisa langsung berziarah ke nisan para raja itu pun terbatas pada keluarga dekat raja atau masyarakat lain yang mendapat izin khusus dari pihak Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta.

Oleh karena itu, peziarah awam yang tidak siap mengenakan pakaian adat Jawa, terpaksa hanya bisa melihat pintu gerbang pertama yang dibuat dari kayu jati berukir dan bertuliskan huruf Jawa berusia ratusan tahun, dengan grendel dan gembok pintu kuno.

Hanya para juru kunci pemakaman itu yang bisa membuka gerbang tersebut. Masyarakat awam bisa melihat 'isi di balik pintu gerbang pertama, ketika keluarga raja datang. Saat itu, pintu gerbang dibuka lebar, dan masyarakat bisa melongok sebentar sebelum gerbang itu ditutup. Hanya sesaat. Hal itu pula yang menyebabkan misteri makam raja Mataram tetap terpelihara.

Raja-raja jaman dahulu sebagian besar bersifat sentralistik, dalam segala aspek kehidupan mengacu kepada kekuasaan tunggal yaitu Sang Maharaja. Tempat pemakamannya pun sudah dipersiapkan jauh-jauh hari dengan megah.

Makam ini terletak di atas perbukitan yang juga masih satu gugusan dengan Pegunungan Seribu. Pengunjung akan disambut oleh para Pemandu Wisata yang sudah siap mengantar.

Setelah pintu masuk, di sebelah kiri ada bangunan masjid yang cukup megah. Masjid Ngarso Dalem ini biasa digunakan untuk mensalatkan jenazah para raja sebelum dibawa ke atas bukit untuk dimakamkan.

Setelah melewati 454 tangga, baru masuk pintu ke II, Di pintu II ini ada 3 bangsal;

Pertama, Bangsal Sapit Urang adalah bangsal yang dipergunakan oleh para abdi dalem keraton Jogja. Yang kedua adalah Bangsal Hamengkubuwono untuk para Raja Yogyakarta; dan yang ketiga adalah Bangsal Pakubuwono untuk para Raja dari Keraton Solo.

Seperti kita ketahui pada masa Amangkurat V (1677) Mataram mengalami perpecahan dan akhirnya dibuatlah Perjanjian Giyanti yang membelah Mataram jadi II, yaitu Kasunanan Pakubuwono (Solo) dan Kasunanan Hamengkubuwono (Yogyakarta).

Di pintu masuk, tempat pemakaman masih dibagi lagi menjadi tiga bagian. Makam utama; yaitu makam Sri Paduka Sultan Prabu Hanyokrokusumo, Amangkurat II, Amangkurat III beserta masing-masing satu permaisurinya.

Sayap kiri terdiri dari; Pakubuwono I, Amangkurat Jawi dan Pakubuwono III. Sayap kanan terdiri dari: Ratu-ratu solo, Pakubuwono III beserta selir dan permaisurinya.

Saat mengunjungi makam, pengunjung akan mendapat petunjuk dari juru kunci untuk mengikuti aturan. Banyaknya pengunjung mengakibatkan pengelola makam untuk melakukan pengawasan ekstra ketat.