Rumah setan, sebutan ini muncul di lingkungan Gedong Setan Pendrian
1910-an Vrijmetselaars-loge yang merupakan loji (club house) untuk
perkumpulan masoneri (vrijmetselar).
Perkumpulan vrijmetselar ini adalah perkumpulan yang paling tertutup terbesar di seluruh dunia, bertujuan mengangkat derajat rohani, kesusilaan, setia-kawan dan berdasarkan cita-cita humanisme ketuhanan.
Awalnya, loji di Semarang yang didirikan pada tahun 1801 ini punya nama Prancis "La Constance et Fidle" ("Ketangguhan dan Kesetiaan"). Terletak dekat stasiun Poncol di perempatan Pendrian (sekarang bernama Jl Imam Bonjol) dengan Karangtengah (Jl Kapten Tendean).
Disebut "Rumah Setan" atau "Gedong Setan" oleh masyarakat sekitar Semarang karena pada saat itu loji ini suasananya angker dan agak gelap di malam hari. Gedung itu dulu sejarahnya memang dipergunakan oleh kelompok penganut aliran kebatinan.
Menurut masyarakat Pendrian yang kini berubah nama menjadi Pindrikan, pada masa pendudukan jepang perkumpulan masoneri ini dilarang. Pasca-Indonesia merdeka, gedung berubah fungsi menjadi Kantor Kejaksaan Negeri Semarang.
Setyo Rini, salah seorang warga Pindrikan menyatakan banyak cerita horor yang didengarnya dari beberapa orangtua dan sesepuh kampung. Mulai dari cerita suster ngesot, hantu toilet, hantu kuda, hantu tentara baris, sampai hantu mesin ketik.
"Ayah saya kebetulan teman dari seorang saksi mata yaitu almarhum Pak Kasbi yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih di gedung itu. Banyak penampakan dan cerita horor di sana," ugkap Setyo Rini saat ditemui merdeka.com, Sabtu (23/6).
Termasuk cerita tentang arwah penasaran seorang "Suster Kesot" yang tinggal di gedung. Konon hantu suster ngesot ini muncul setelah ada seorang suster dibantai oleh tentara Jepang. Lalu dia diperkosa dan kaki sama tangannya dikapak oleh serdadu Jepang.
Kemudian cerita tentang toilet di gedung, saat orang masuk toilet, tiba-tiba terdengar suara orang kencing atau batuk-batuk di dalam toilet. Namun, setelah ditunggu lama tak ada satupun orang yang keluar dari toilet. Kemudian saat diketuk pintunya tidak ada satu orang pun di dalam toilet itu.
"Kalau hantu mesin ketik biasanya terjadi di malam hari. Tidak ada karyawan kejaksaan atau pegawai yang lembur. Ruangan yang terdengar suara mesin ketik itu lampunya menyala. Ketika dicek, ternyata kosong tidak ada orang sama sekali dan ruangan terkunci," ungkap Setyo Rini menceritakan cerita ayahnya.
Gedong Setan yang memiliki bangunan bergaya arsitektur neo-klasik dibongkar pada tahun 1976. Saat ini, tempat itu menjadi rumah toko dan pemukiman penduduk warga Pindrikan Lor, Semarang.
Memang masih ada bekas tembok runtuh dan sisa bangunan rumah setan atau loji. Namun, kesan seram dan angker sudah tidak ada lagi di perempatan yang dulu sering terjadi kecelakaan itu.
Lain lagi pernyataan Ibu Musfiah, warga yang tinggal di Pindrikan Lor mempunyai warung tepat berada di belakang loji atau rumah setan itu. Dirinya merasa yakin dan percaya sampai saat ini setan-setan yang menempati loji walau pun bangunannya sudah tidak ada tetapi arwah setan itu masih gentayangan.
"Belum ada sebulan kemarin seorang bocah berumur 3,5 tahun. Dicari-cari orangtuanya berhari-hari ternyata disembunyikan dalam mobil di bengkel yang merupakan bekas bagian bangunan deretan loji. Setelah ditanyai anak itu katanya diajak main sama teman yang diduga hantu anak-anak dari bekas rumah setan itu," ungkapnya.
Warga Prindikan lainnya, Sasonggo (51) yang menempati rumah panggung yang merupakan rumah sejarah peninggalan Perusahaan Kereta Api (Perumka) kiniPT KAI punya cerita lain. Gedung setan itu diubah fungsinya sebagai kantor kejaksaan supaya tidak dibuat bermain-main dan dimasuki oleh anak-anak dan orang sekitar kampung maka dihembuskanlah berbagai cerita horor.
"Apalagi kejaksaan kan tempatnya orang-orang nahan penjahat sama menyita mobil, sepeda motor dan barang-barang berharga. Supaya tidak ada orang luar masuk. Apalagi karyawanya rata-rata orang Belanda maka dihembuskanlah cerita misteri dan horor untuk nakut-nakuti dan berhasil," ungkap Sasongko yang juga Ketua RT.05 RW III Kota Semarang.
Perkumpulan vrijmetselar ini adalah perkumpulan yang paling tertutup terbesar di seluruh dunia, bertujuan mengangkat derajat rohani, kesusilaan, setia-kawan dan berdasarkan cita-cita humanisme ketuhanan.
Awalnya, loji di Semarang yang didirikan pada tahun 1801 ini punya nama Prancis "La Constance et Fidle" ("Ketangguhan dan Kesetiaan"). Terletak dekat stasiun Poncol di perempatan Pendrian (sekarang bernama Jl Imam Bonjol) dengan Karangtengah (Jl Kapten Tendean).
Disebut "Rumah Setan" atau "Gedong Setan" oleh masyarakat sekitar Semarang karena pada saat itu loji ini suasananya angker dan agak gelap di malam hari. Gedung itu dulu sejarahnya memang dipergunakan oleh kelompok penganut aliran kebatinan.
Menurut masyarakat Pendrian yang kini berubah nama menjadi Pindrikan, pada masa pendudukan jepang perkumpulan masoneri ini dilarang. Pasca-Indonesia merdeka, gedung berubah fungsi menjadi Kantor Kejaksaan Negeri Semarang.
Setyo Rini, salah seorang warga Pindrikan menyatakan banyak cerita horor yang didengarnya dari beberapa orangtua dan sesepuh kampung. Mulai dari cerita suster ngesot, hantu toilet, hantu kuda, hantu tentara baris, sampai hantu mesin ketik.
"Ayah saya kebetulan teman dari seorang saksi mata yaitu almarhum Pak Kasbi yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih di gedung itu. Banyak penampakan dan cerita horor di sana," ugkap Setyo Rini saat ditemui merdeka.com, Sabtu (23/6).
Termasuk cerita tentang arwah penasaran seorang "Suster Kesot" yang tinggal di gedung. Konon hantu suster ngesot ini muncul setelah ada seorang suster dibantai oleh tentara Jepang. Lalu dia diperkosa dan kaki sama tangannya dikapak oleh serdadu Jepang.
Kemudian cerita tentang toilet di gedung, saat orang masuk toilet, tiba-tiba terdengar suara orang kencing atau batuk-batuk di dalam toilet. Namun, setelah ditunggu lama tak ada satupun orang yang keluar dari toilet. Kemudian saat diketuk pintunya tidak ada satu orang pun di dalam toilet itu.
"Kalau hantu mesin ketik biasanya terjadi di malam hari. Tidak ada karyawan kejaksaan atau pegawai yang lembur. Ruangan yang terdengar suara mesin ketik itu lampunya menyala. Ketika dicek, ternyata kosong tidak ada orang sama sekali dan ruangan terkunci," ungkap Setyo Rini menceritakan cerita ayahnya.
Gedong Setan yang memiliki bangunan bergaya arsitektur neo-klasik dibongkar pada tahun 1976. Saat ini, tempat itu menjadi rumah toko dan pemukiman penduduk warga Pindrikan Lor, Semarang.
Memang masih ada bekas tembok runtuh dan sisa bangunan rumah setan atau loji. Namun, kesan seram dan angker sudah tidak ada lagi di perempatan yang dulu sering terjadi kecelakaan itu.
Lain lagi pernyataan Ibu Musfiah, warga yang tinggal di Pindrikan Lor mempunyai warung tepat berada di belakang loji atau rumah setan itu. Dirinya merasa yakin dan percaya sampai saat ini setan-setan yang menempati loji walau pun bangunannya sudah tidak ada tetapi arwah setan itu masih gentayangan.
"Belum ada sebulan kemarin seorang bocah berumur 3,5 tahun. Dicari-cari orangtuanya berhari-hari ternyata disembunyikan dalam mobil di bengkel yang merupakan bekas bagian bangunan deretan loji. Setelah ditanyai anak itu katanya diajak main sama teman yang diduga hantu anak-anak dari bekas rumah setan itu," ungkapnya.
Warga Prindikan lainnya, Sasonggo (51) yang menempati rumah panggung yang merupakan rumah sejarah peninggalan Perusahaan Kereta Api (Perumka) kiniPT KAI punya cerita lain. Gedung setan itu diubah fungsinya sebagai kantor kejaksaan supaya tidak dibuat bermain-main dan dimasuki oleh anak-anak dan orang sekitar kampung maka dihembuskanlah berbagai cerita horor.
"Apalagi kejaksaan kan tempatnya orang-orang nahan penjahat sama menyita mobil, sepeda motor dan barang-barang berharga. Supaya tidak ada orang luar masuk. Apalagi karyawanya rata-rata orang Belanda maka dihembuskanlah cerita misteri dan horor untuk nakut-nakuti dan berhasil," ungkap Sasongko yang juga Ketua RT.05 RW III Kota Semarang.