Suara tentara Jepang di gua angker Situbondo

Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa timur merupakan salah satu kawasan konservasi di mana di dalamnya terdapat berbagai macam flora dan fauna. Namun, dibalik keelokannya tersimpan cerita mistis yang bisa membuat bulu kuduk berdiri.

Salah satunya mengenai gua angker yang dibuat oleh para bekas penjajah Jepang. Gua yang berada di tengah-tengah hutan Baluran tersebut menyimpan kisah berupa cerita pada jaman peperangan antara tentara Jepang dengan tentara Indonesia pada kala itu.

Konon kabarnya kala peperangan banyak tentara Indonesia yang gugur di dalam gua. Jasad para tentara Indonesia banyak berserakan di gua. Dalam gua Jepang itu ada dua ruangan yang terdiri ruangan utara dan selatan dengan ukuran 12 meter per segi.

Tak jarang warga dusun Batangan, Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Situbondo mengalami kejadian aneh saat berada di sekitar gua. Kerap kali terdengar suara-suara aneh yang bernada gaduh dalam bahasa Jawa, Jepang dan Madura.

Cerita Taman Nasional Baluran semakin angker karena sejak lama hutan Baluran dikenal rawan kecelakaan. Apalagi di dalamnya ada sebuah tebing curam nan angker, yang lebih dikenal sebagai Curahtangis. Curahtangis, sebuah tebing curam yang berada di Jalur Tengkorak hutan tersebut.

Antara Curahtangis dan Jalur Tengkorak merupakan kristalisasi yang tidak dapat dipisahkan. Karena Curahtangis berada di pertengahan Jalur Tengkorak Hutan Baluran, yang ujung timur masuk lintasan jalur perjalanan Kota Gandrung, BanyuwangiSitubondo.

Dengan keberadaan jalannya yang naik turun dan bergelombang, hampir selalu ada kecelakaan baik kecelakaan ringan hingga merenggut korban dengan nyawa melayang.

Angkernya Curahtangis yang selalu memakan korban pelintas Jalur Tengkorak Hutan Baluran itu memang berkaitan erat dengan sebuah mistis. Sekitar 200 tahun yang silam, ada sebuah kisah tragis yang tak dapat dilupakan. Konon kejadiannya, ada seorang gadis cantik bernama Dewi Taroro dianiaya secara tragis oleh pacarnya sendiri, lalu dilempar ke dasar Curahtangis.

Saat itu, Dewi Taroro diajak pacarnya berjalan-jalan di seputar Hutan Baluran. Ketika sedang berdiri di tepian Curahtangis, tiba-tiba Dewi Taroro didorong pacarnya hingga terlempar terjun bebas ke bawah Curahtangis yang kedalamannya kurang lebih 18 meter, dan dipenuhi bebatuan besar. Tragisnya lagi, kepala Dewi Taroro pecah membentur bebatuan.

Masyarakat Bajulmati dan Batangan berbondong-bondong hendak mengangkat mayat Dewi Taroro. Evakuasi dilakukan hingga beberapa warga turun ke dasar Curahtangis. Namun, pemandangan tidak wajar menggegerkan warga setempat. Karena, dengan pelan-pelan namun pasti jasad Dewi Taroro menghilang, dan tak membekas seperti tak pernah ada kejadian apa pun.

Berdasarkan cerita tersebut, tentu bukanlah suatu hal yang mengherankan jika Curahtangis terkenal angker dan selalu minta korban. Ada kalanya jalan itu kelihatan lurus padahal sebenarnya tikungan. Bahkan juga ada sewaktu melewati jalur yang melintas Curahtangis tiba-tiba ada seorang perempuan akan menyeberang di tengah jalan.

Bisa dibilang rangkaian kecelakaan yang kerap terjadi di sana merupakan wujud tumbal dendam kesumat sang Dewi Taroro yang telah dikhianati dan dilempar ke dasar Curahtangis oleh pacarnya sendiri.

Tidak hanya kecelakaan yang kerap terjadi di sana, ada kalanya alunan suara tangis nan mengharukan kerap terdengar dari kesunyian yang senantiasa meronai Curahtangis. Bahkan kadang ada bayangan seorang dara yang berkelebat di seputar Curahtangis, atau hal-hal ganjil lainnya.

Siapa pun yang mendengar suara tangis atau menjumpai bayangan tersebut, kerapkali menjadi awal pertanda adanya sebuah petaka. Entah itu kecelakaan biasa, hingga musibah yang merenggut nyawa seseorang.