Sudirman (46), warga Bidara Cina, Jakarta Timur harus meregang nyawa
saat diduga mencoba ilmu kebal yang sedang dipelajarinya. Dia tewas
setelah mengguyur tubuhnya dengan air keras. Lima rekannya saat ini
masih menjalani perawatan di RS Budi Asih, Cawang.
Diduga, Sudirman dan rekan-rekannya sedang menjajal ilmu kebal. Namun pihak kepolisian dan warga sekitar kediaman korban tidak mengetahui jika di lingkungan mereka ada praktik belajar ilmu kebal. Meski begitu, warga mengakui jika ketua RW 7, Mamat Syahroni (57) yang juga menjadi salah satu korban, memiliki kemampuan pengobatan alternatif.
Apa sebenarnya ilmu kebal? menurut sejumlah literatur, ilmu kebal adalah kemampuan tubuh seseorang untuk dapat menahan atau tidak mempan terhadap benda-benda tajam bahkan tidak mempan ditembak senjata api. Termasuk kebal terhadap cairan asam seperti air keras, atau juga panas api.
Dalam budaya masyarakat Indonesia, ilmu kebal memang sudah lama dikenal. Banyak cara untuk mendapatkan ilmu kebal. Ada ritual yang harus dilalui, dari yang paling ringan hingga syarat yang paling berat. Tergantung guru yang mengajarkan.
Di tahun 90-an di kawasan Lebak, Banten misalnya, tersebutlah nama Kiai Salik, seorang guru kekebalan. Salik membuka praktik layaknya seorang dokter. Pasien yang datang kepada Salik terlebih dahulu melewati serangkaian upacara sederhana. Mereka diminta duduk di atas golok yang diletakkan di atas sajadah. Tapi sebelum itu tidak boleh lupa meletakkan duit di dekat golok. Sebelum dikerudungi kain putih, sang pasien harus minum sebagian dari segelas air putih yang ditaburi sejumput ketan hitam. Sisanya dibasuhkan ke sekujur tubuh. Sambil memegang kepala pasien, Salik membacakan mantra-mantra. Selesailah rangkaian prosesi itu. Sang pasien pun kini memiliki ilmu kebal, tak mempan dibacok golok atau ditusuk pisau.
Ada lagi di wilayah Jati, Kudus, Jawa Tengah. Syaratnya lebih berat. Calon murid diwajibkan mengadakan kenduri opor ayam dan nasi putih. Ayamnya jago putih mulus, berasnya empat kilogram. Bila jatuh tepat 1 Suro, murid-murid Sunarwi wajib mandi di sungai sebatas dada, tepat pada pukul 24.00. Mereka juga harus menyelam sebanyak 49 kali. Tidak jelas apa makna angka-angka itu. Yang jelas, setiap malam Jumat para pelaku ritual harus keluar rumah, tepat pukul 24.00. Menghadap ke arah timur, bersemedi meminta ampun kepada Allah. Setelah semua ritual itu dikerjakan, barulah sang guru memberi jimat. Jimat inilah yang menjamin kekebalan sang murid.
Masih ada cara yang lebih berat lagi. Ritual yang dilakukan hanya boleh memakan makanan asli dari alam, seperti buah-buahan, selama 40 hari dan hanya boleh minum air putih. Puncaknya sang murid harus diluwang atau dikubur hidup-hidup, selama tiga hari tiga malam. Sebelum dikubur, murid yang akan diluwang itu menjalani upacara mandi air, yang telah dicampuri tumbukan ketan hitam. Lalu sekujur tubuhnya diolesi wewangian, dengan uborampe daun sirih, kembang setaman, cendono ratus, barulah kemudian dibungkus kain kafan.
Setelah sang murid nampak seperti mayat hidup, baru dimasukkan ke dalam liang kubur terus diuruk tanah. Tak lupa, timbunan tanah itu diberi lubang 10 sentimeter untuk pernapasan. Di dalam liang kubur itu, sang murid yang sedang menghimpun kesaktian harus begadang. Sekejap saja ia sempat terlena, amblaslah kesempurnaan ilmunya dan semua prosesi harus diulang dari awal.
Sebenarnya, ilmu kebal bisa dipelajari sendiri. Ritual yang dilakukan bisa dikerjakan sendiri. Namun harus tetap ada guru yang memandu. Cara yang dipakai adalah berpuasa mutih tujuh hari. Hanya boleh makan nasi putih dan air putih. Setelah masa tujuh hari dilampaui, selanjutnya diwajibkan mati geni, alias puasa sehari semalam tanpa tidur.
Puasa ini masih harus ditambah lagi selama 21 hari, kemudian ditingkatkan lagi menjadi 41 hari. Dalam masa puasa itu, harus membaca berbagai amalan seperti surat Al Fatihah sebanyak 1.000 kali dan sejumlah mantra-mantra khusus.
Anda boleh percaya, boleh tidak.
Diduga, Sudirman dan rekan-rekannya sedang menjajal ilmu kebal. Namun pihak kepolisian dan warga sekitar kediaman korban tidak mengetahui jika di lingkungan mereka ada praktik belajar ilmu kebal. Meski begitu, warga mengakui jika ketua RW 7, Mamat Syahroni (57) yang juga menjadi salah satu korban, memiliki kemampuan pengobatan alternatif.
Apa sebenarnya ilmu kebal? menurut sejumlah literatur, ilmu kebal adalah kemampuan tubuh seseorang untuk dapat menahan atau tidak mempan terhadap benda-benda tajam bahkan tidak mempan ditembak senjata api. Termasuk kebal terhadap cairan asam seperti air keras, atau juga panas api.
Dalam budaya masyarakat Indonesia, ilmu kebal memang sudah lama dikenal. Banyak cara untuk mendapatkan ilmu kebal. Ada ritual yang harus dilalui, dari yang paling ringan hingga syarat yang paling berat. Tergantung guru yang mengajarkan.
Di tahun 90-an di kawasan Lebak, Banten misalnya, tersebutlah nama Kiai Salik, seorang guru kekebalan. Salik membuka praktik layaknya seorang dokter. Pasien yang datang kepada Salik terlebih dahulu melewati serangkaian upacara sederhana. Mereka diminta duduk di atas golok yang diletakkan di atas sajadah. Tapi sebelum itu tidak boleh lupa meletakkan duit di dekat golok. Sebelum dikerudungi kain putih, sang pasien harus minum sebagian dari segelas air putih yang ditaburi sejumput ketan hitam. Sisanya dibasuhkan ke sekujur tubuh. Sambil memegang kepala pasien, Salik membacakan mantra-mantra. Selesailah rangkaian prosesi itu. Sang pasien pun kini memiliki ilmu kebal, tak mempan dibacok golok atau ditusuk pisau.
Ada lagi di wilayah Jati, Kudus, Jawa Tengah. Syaratnya lebih berat. Calon murid diwajibkan mengadakan kenduri opor ayam dan nasi putih. Ayamnya jago putih mulus, berasnya empat kilogram. Bila jatuh tepat 1 Suro, murid-murid Sunarwi wajib mandi di sungai sebatas dada, tepat pada pukul 24.00. Mereka juga harus menyelam sebanyak 49 kali. Tidak jelas apa makna angka-angka itu. Yang jelas, setiap malam Jumat para pelaku ritual harus keluar rumah, tepat pukul 24.00. Menghadap ke arah timur, bersemedi meminta ampun kepada Allah. Setelah semua ritual itu dikerjakan, barulah sang guru memberi jimat. Jimat inilah yang menjamin kekebalan sang murid.
Masih ada cara yang lebih berat lagi. Ritual yang dilakukan hanya boleh memakan makanan asli dari alam, seperti buah-buahan, selama 40 hari dan hanya boleh minum air putih. Puncaknya sang murid harus diluwang atau dikubur hidup-hidup, selama tiga hari tiga malam. Sebelum dikubur, murid yang akan diluwang itu menjalani upacara mandi air, yang telah dicampuri tumbukan ketan hitam. Lalu sekujur tubuhnya diolesi wewangian, dengan uborampe daun sirih, kembang setaman, cendono ratus, barulah kemudian dibungkus kain kafan.
Setelah sang murid nampak seperti mayat hidup, baru dimasukkan ke dalam liang kubur terus diuruk tanah. Tak lupa, timbunan tanah itu diberi lubang 10 sentimeter untuk pernapasan. Di dalam liang kubur itu, sang murid yang sedang menghimpun kesaktian harus begadang. Sekejap saja ia sempat terlena, amblaslah kesempurnaan ilmunya dan semua prosesi harus diulang dari awal.
Sebenarnya, ilmu kebal bisa dipelajari sendiri. Ritual yang dilakukan bisa dikerjakan sendiri. Namun harus tetap ada guru yang memandu. Cara yang dipakai adalah berpuasa mutih tujuh hari. Hanya boleh makan nasi putih dan air putih. Setelah masa tujuh hari dilampaui, selanjutnya diwajibkan mati geni, alias puasa sehari semalam tanpa tidur.
Puasa ini masih harus ditambah lagi selama 21 hari, kemudian ditingkatkan lagi menjadi 41 hari. Dalam masa puasa itu, harus membaca berbagai amalan seperti surat Al Fatihah sebanyak 1.000 kali dan sejumlah mantra-mantra khusus.
Anda boleh percaya, boleh tidak.